Jakarta Masih Belum Baik-Baik Saja

Kamis, 29 Juli 2021 | 08:30:52 WIB
Jakarta Masih Belum Baik-Baik Sajai Foto:

JAKARTA,Gentaonline.com - Angka keterpakaian tempat tidur di 140 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta berangsur turun. Tren ini terjadi di akhir masa PPKM Darurat, yang kemudian diubah nama menjadi PPKM Level 4.

Hingga 25 Juli, tempat tidur isolasi pasien terpakai 73 persen persen. Seminggu sebelumnya, 18 Juli, tempat tidur isolasi terpakai 87 persen. Tren penurunan juga diikuti di tempat tidur ruang ICU.

Pada 18 Juli, tempat tidur ICU terpakai 93 persen dari total tempat tidur yang disediakan 1.548 unit. Kemudian pada 25 Juli, tempat tidur ICU terpakai 89 persen dari jumlah 1.626 unit tempat tidur.

Program vaksinasi Covid-19 oleh Jakarta juga berjalan mulus. Akhir Juli, sasaran target penerima vaksin untuk dosis pertama sudah tembus lebih dari 7 juta orang. Sementara untuk dosis kedua masih berada di 2,4 juta orang.

Kuantitas testing Jakarta bahkan unggul dibanding provinsi lain. Per hari, Jakarta melakukan tes PCR terhadap 15.000 sampai 20.000 lebih warga Jakarta.

Badan kesehatan dunia, WHO, memberikan panduan standar untuk melakukan tes yaitu 1.000 orang dites PCR per sejuta penduduk per minggu. Dengan demikian, minimum target tes WHO untuk Jakarta sebanyak 10.645 orang per minggu.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan indikator pandemi terkendali saat ini adalah tingkat positivity rate di bawah 5 persen. Sedangkan Jakarta, secara total masih 15,3 persen. Meski diakui, penanganan pandemi Covid-19 di Jakarta lebih baik dibandingkan dengan daerah lain.

"Namun kalau dikatakan sudah terkendali, ya belum. Karena test positivity ratenya belum mendekati 5 persen," ucap Dicky kepada merdeka.com, Rabu (28/7).

Selama tingkat positif kasus positif Covid-19 di Jakarta masih tinggi, selama itu pula penularan virus belum terkendali.

Menilik tren penurunan keterpakaian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19, Dicky mengingatkan bahwa kondisi itu terjadi di tengah upaya Pemerintah Provinsi Jakarta menambah kapasitas tempat tidur.

Sehingga dengan kata lain, menurut Dicky, tren itu tidak bisa dijadikan acuan pengendalian Covid cukup ideal. Lagi pula, persentase saat ini masih belum ideal untuk dikatakan pandemi di Jakarta berangsur membaik.

Selain itu, hal yang perlu ditekankan dalam penanganan pandemi di Jakarta adalah, tidak bertumpu hanya pada kesuksesan vaksinasi dosis pertama. Meski ibu kota merupakan jawara dalam program vaksinasi, hal itu tidak bisa menjamin pengendalian pandemi berhasil.

Selama penerapan 3T (testing tracing treatment) dan protokol kesehatan oleh masyarakat masih minim, upaya menekan laju penularan virus akan semakin sulit dengan mutasi varian-varian baru.

"Kalau dia tidak lengkap (vaksinasi dosis lengkap) ya enggak signifikan. Karena kalau bicara Delta Variant itu yang berdampak itu yang vaksinasinya lengkap," kata Dicky.

Dengan demikian, Dicky menyatakan dengan tegas, 7 juta lebih orang yang telah menerima vaksin pada dosis pertama wajib mendapatkan vaksinasi di dosis kedua.

"Jadi kalau hanya masalah vaksinasi saja enggak akan bisa menyelesaikan untuk mengeluarkan kita dari situasi pandemi ini," terangnya.

Tingkat Kepatuhan Jaga Jarak Masih Rendah

Satgas Penanganan Covid-19 mengakui, tren kasus corona di provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan. Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan, kasus positif corona di DKI Jakarta sempat meningkat tajam. Namun, saat ini sudah menurun pesat.

“DKI Jakarta terlihat naik puncak kemudian turun, sudah sempat mencapai jumlah kasus aktif 100 ribu, sekarang sudah di bawah 60 ribu, bahkan 50an ribu pokoknya sudah jauh sekali berkurang," jelasnya dalam jumpa pers virtual, Rabu (28/7).

Namun, dia mengungkapkan, tingkat kepatuhan menjaga jarak di DKI Jakarta masih rendah. Dari data Satgas, ada 49 persen kelurahan di Ibu kota yang kepatuhan menjaga jaraknya rendah. Ada alasan mengapa DKI Jakarta tingkat kepatuhan menjaga jaraknya rendah, di antaranya kepadatan penduduk.

"Ternyata kalau jarak DKI Jakarta masih punya tantangan, ternyata paling tinggi di DKI Jakarta kepatuhan menjaga jaraknya ini 49 persen kelurahan yang ada disana masih rendah," ujarnya.

Meski begitu, ketidak patuhan protokol kesehatan di Ibu Kota secara konsisten menurun. Namun, khusus kepatuhan menjaga jaraknya memang masih rendah.

"Tapi DKI Jakarta secara konsisten dia turun cakupan tidak patuhnya, jadi sebenarnya berproses secara cakupan kelurahan semakin bertambah baik, tapi kalau untuk angkanya memang paling tinggi masih di DKI Jakarta untuk yang kepatuhan menjaga jaraknya cukup rendah," terangnya.

Anies Ingatkan Warga Jakarta Jangan Kendor

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, tidak bosan warga bahwasannya situasi pandemi Covid-19 belum tuntas. Meskipun kasus aktif dan positif mulai menurun seiring dengan gencarnya vaksinasi dan pengendalian mobilitas melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Sama sekali belum tuntas dan tidak boleh kendor, tidak boleh longgar, harus kita tuntaskan," kata Anies Baswedan di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (27/7).

Ia meminta semua pihak untuk menerapkan protokol kesehatan untuk melanjutkan momentum perbaikan tersebut.

Anies menambahkan, saat ini masih ada lebih dari 29 ribu orang di Jakarta yang menjalani isolasi mandiri. Selain itu, ada 8.600 orang dirawat di rumah sakit dan 1.400 orang dirawat di unit perawatan intensif (ICU). Tak hanya itu, lanjut dia, ada 3.900 orang menjalani isolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

"Kita harus terus menuntaskan tapi kerja kolektif seluruh rakyat untuk mengurangi mobilitas selama beberapa pekan terakhir menunjukkan tanda berdampak positif terhadap pengendalian wabah," ucapnya.

Sebelumnya, Anies menjelaskan Jakarta saat ini mulai keluar dari kondisi genting Covid-19. Indikatornya, lanjut dia, kasus aktif yakni yang dirawat dan menjalani isolasi mengalami penurunan menjadi 64 ribu kasus pada Minggu (25/7) setelah sebelumnya sempat menyentuh sebanyak 113 ribu kasus aktif pada 16 Juli 2021.

Parameter lain juga menurun, di antaranya rata-rata kasus positif atau "positivity rate" yang tadinya pada kisaran 45 persen dan kini sudah kisaran 25 persen. Selain itu, pemakaman dengan prosedur tetap COVID-19 yang sempat mencapai lebih dari 350 sehari, kini turun di bawah 200 per hari.

Sejumlah rumah sakit di Jakarta, kata dia, juga mulai terkendali setelah sempat tertekan akibat penuhnya pasien, baik yang dirawat inap maupun di instalasi gawat darurat dan ICU. (mrdk)

Tulis Komentar