Pedagang Daging Sapi Mogok sampai Pengumuman Harga Baru

Rabu, 20 Januari 2021 | 10:46:35 WIB
Pedagang Daging Sapi Mogok sampai Pengumuman Harga Barui Foto:

GENTAONLINE.COM -- Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) mengungkapkan para pedagang daging sapi di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) akan mogok jualan sampai Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan kebijakan terkait stabilitas harga daging ke publik. Sebelumnya, aksi mogok pedagang daging sapi berlangsung mulai hari ini, Rabu (20/1).

 

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APDI Asnawi mengatakan kebijakan Kemendag dalam rangka stabilisasi harga daging sapi tersebut sudah dihasilkan dalam rapat koordinasi antara pemerintah, pedagang, dan distributor daging sapi yang digelar di kantor kementerian pada Selasa (19/1) kemarin. Kementerian pun, kata Asnawi,menjanjikan publikasi kebijakan akan dilakukan pada siang ini.

 

"Sebelum Kemendag beri rilis ke publik, kami memilih tidak memotong karena takut bisa potong, tapi tidak bisa jual. Jadi kami putuskan bahwa jualan itu adalah pilihan, kami dagang kembali ketika pemerintah sudah sampaikan rilis atas kesepakatan bersama," ucap Asnawi.

 

Lantaran publikasi baru dijadwalkan pada hari ini, aktivitas jualan daging sapi tetap mogok pada pagi ini. Begitu juga dengan aktivitas pemotongan yang biasanya dilakukan pada malam hari sebelumnya atau Selasa malam kemarin. "Ketika malam tidak ada pemotongan, maka besok (hari ini) tidak ada penjualan," ujarnya.

 

Di sisi lain, Asnawi mengatakan hasil rapat yang dipimpin Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra juga tidak melarang pedagang untuk tidak berjualan. Sebab, itu sepenuhnya menjadi hak pedagang. "Dirjen tidak bisa melarang dan tidak bisa mengiyakan, tapi itu pilihan pedagang. Dia tidak memaksa, tidak memperbolehkan, tapi kalau berdagang dia rugi, siapa yang mau nombok?" tuturnya.

 

Lebih lanjut, Asnawi mengatakan ada beberapa kesepakatan terkait stabilisasi harga daging sapi yang sudah disepakati antara pemerintah, pedagang, dan distributor. Pihak distributor sendiri diwakili oleh Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo). Pertama, pemerintah menyampaikan harga daging sapi baru di tingkat pengecer sebesar Rp130 ribu per kilogram (kg). Ketetapan harga baru ini akan bertahan sampai dua bulan ke depan hingga jelang Ramadan.

Asnawi menuturkan harga ini merupakan angka yang tidak bisa ditawar atau diturunkan lagi karena kondisi distribusi dan ketersediaan stok terpengaruh oleh kondisi pandemi virus corona atau covid-19. "Dirjen tidak bisa melarang dan tidak bisa mengiyakan, tapi itu pilihan pedagang. Dia tidak memaksa, tidak memperbolehkan, tapi kalau berdagang dia rugi, siapa yang mau nombok?" tuturnya.

 

Lebih lanjut, Asnawi mengatakan ada beberapa kesepakatan terkait stabilisasi harga daging sapi yang sudah disepakati antara pemerintah, pedagang, dan distributor. Pihak distributor sendiri diwakili oleh Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo).

 

Pertama, pemerintah menyampaikan harga daging sapi baru di tingkat pengecer sebesar Rp130 ribu per kilogram (kg). Ketetapan harga baru ini akan bertahan sampai dua bulan ke depan hingga jelang Ramadan. Asnawi menuturkan harga ini merupakan angka yang tidak bisa ditawar atau diturunkan lagi karena kondisi distribusi dan ketersediaan stok terpengaruh oleh kondisi pandemi virus corona atau covid-19.

 

Keempat, pemerintah juga akan mengimpor daging sapi siap potong dari Meksiko. Estimasinya sama, yaitu sekitar dua bulan ke depan. "Untuk ketersediaan sapi siap potong jelang Lebaran," jelasnya. CNNIndonesia.com sudah menghubungi Dirjen PDN Kemendag Syailendra untuk mengonfirmasi berbagai kebijakan terkait stabilitas harga daging sapi dari kesepakatan rapat tersebut. Namun, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan.

 

Asnawi menyatakan ada beberapa hal yang membuat harga daging sapi meningkat dalam beberapa waktu terakhir sampai menyentuh Rp130 ribu per kg. Pertama, Australia sebagai negara produsen daging sapi sempat dilanda bencana banjir. Kedua, dolar Australia sempat terkoreksi cukup dalam dari dolar AS. Hal ini selanjutnya mempengaruhi biaya produksi pangan mereka yang kemudian diserap oleh Indonesia.

 

"Itu berimbas ke pangan dunia, Australia negara produsen pangan," imbuhnya. Ketiga, kebutuhan daging sapi meningkat dari China dan Vietnam yang juga memenuhi konsumsinya dari Australia. Hal ini mempengaruhi daya saing perolehan bahan pangan Indonesia dari negeri kangguru itu.

 

"Vietnam dan China kemarin ada masalah babi, karena babi bermasalah, protein hewani dari daging sapi (di China dan Vietnam)," jelasnya. Keempat, ada keterbatasan stok sapi bakalan dan sapi siap potong. Kendati begitu, belum bisa diketahui secara pasti berapa stok daging sapi saat ini.

 

Namun, ia menduga stoknya tidak mencukupi kebutuhan konsumsi daging sapi yang besar di dalam negeri. Asnawi memberi gambaran, jumlah konsumsi normal di Jabodetabek ditambah Bandung Raya mencapai 1.600 ekor sampai 1.800 ekor sapi. "Saat ini ada penurunan 60 persen," ucapnya.

 

Bila diestimasi dari stok normal, maka kondisi stok saat ini kemungkinan hanya sekitar 640 ekor sampai 720 ekor sapi. Namun dugaannya, stok saat ini kurang dari itu.(cnn)

 
Tulis Komentar