Larangan Bawa Smartphone bagi Siswa di Prancis Mulai Berlaku Bulan Depan

Jumat, 03 Agustus 2018 | 02:57:04 WIB
Larangan Bawa Smartphone bagi Siswa di Prancis Mulai Berlaku Bulan Depani Foto: Ilustrasi

GENTAONLINE.COM-Siswa sekolah berusia 3-15 tahun di Prancis tidak akan diperbolehkan membawa smartphone ke sekolah. Aturan tersebut akan mulai diterapkan September mendatang.

Kebijakan baru itu telah disetujui anggota parlemen Prancis pada awal pekan ini. Alasannya, selain prestasi menurun, smartphone juga merusak kesehatan.

Akan tetapi, bagi sekolah yang memiliki murid di atas 15 tahun dibebaskan untuk memilih aturan itu.  "Kami sadar pada zaman sekarang terdapat fenomena kecanduan layar ponsel yang buruk bagi kesehatan. Tugas utama kami ialah melindungi anak-anak," kata Menteri Pendidikan Jean-Michel Blangquer, dikutip dari situs cnn.com.

Sebanyak 62 anggota parlemen mendukung aturan itu, sedangkan politisi dari La Republique en Marche! menolak. Beberapa anggota parlemen dari sayap kanan dan kiri abstain. Mereka mengatakan aturan itu tidak mengubah apapun di samping sebagai pemenuhan janji kampanye Presiden Emmanuel Macron pada 2017.

"Di mata kami, aturan ini bukanlah aturan abad ke-21," kata Wakil Ketua Partai Unbowed France, Alexis Corbiere yang juga seorang mantan guru.

"Realitanya, aturan ini sudah lama diterapkan. Sejak dulu, saya tidak pernah melihat ada guru yang mengizinkan muridnya membawa ponsel ke dalam ruangan kelas," tambahnya.

Pemerintah Prancis telah mengeluarkan aturan resmi terkait smartphone di sekolah sejak 2010. Saat itu, seluruh murid sekolah dilarang menggunakan telepon pintar selama kegiatan belajar mengajar dan harus menggunakan mode silent. Sekarang, aturan baru melarang para murid sekolah membawa smartphone ke sekolah.

Di negara lain seperti Swedia, para siswa sekolah mendukung penuh aturan larangan smartphone di sekolah. Sekitar 1/3 sekolah di Inggris juga melarang smartphone di ruangan kelas. Negara lainnya yang menerapkan aturan serupa ialah Belgia, Spanyol, Israel, Malaysia, Italia, Swiss, Jerman, Austria, India, Finlandia, dan Siprus.

Pada akhir Juni lalu, Pemerintah Australia menggodok aturan terkait larangan penggunaan smartphone di semua tingkatan sekolah guna mencegah bullying, stalking, dan distraksi selama kegiatan belajar mengajar. Kajian itu berawal dari menyebarnya video-video penyiksaan dan perkelahian antarsiswa di media sosial.

Ahli psikologi anak, Michael Carr-Gregg,  mengatakan bahwa penggunaan smartphone sebisa mungkin harus dibatasi. "Ada banyak masalah yang muncul. Masih ingat ponsel jadul yang hanya bisa menerima panggilan tanpa kamera dan internet? Gawai seperti itu sudah lebih dari cukup untuk anak-anak," kata Carr-Gregg.

Beberapa ahli menyalahkan penggunaan smartphone yang tidak tepat sebagai biang kegagalan Australia di peringkat internasional. Survey Program Penilaian Murid Internasional pada 2015 menunjukkan, siswa Australia berada dua tahun di belakang siswa Singapura yang memuncaki ilmu pengetahuan alam dan matematika.

Komisi e-Safety Australia menyatakan cyber-bullying di sekolah meningkat 28% pada tahun lalu. Para pendukung larangan smartphone mengatakan, anak-anak tidak memerlukan akses internet atau media sosial di dalam ponsel. Mereka dapat menggunakan komputer jika diperlukan untuk tujuan pendidikan.

Shore School di Sydney telah melarang penggunaan smartphone di sekolah di semua tingkatan. Wakil Kepala Sekolah Shore School Rod Morrison mengatakan, orang tua dan para murid mendukung aturan itu. Setiap murid yang melanggar akan dikenai sanksi. Smartphone mereka akan disita jika diketahui menggunakannya.
"Kami kira mereka menghabiskan cukup banyak waktu dengan smartphone di luar sekolah," kata Morrison, dilansir straitstimes.com.  "Pada awal semester, kami selalu menjelaskan aturan yang ada di sekolah kami agar mereka paham. Tidak ada pengecualian dan tidak ada toleransi. Mereka akhirnya terbiasa," imbuhnya.

Namun, sejumlah ahli menentang larangan smartphone di sekolah karena dianggap sebagai bagian penting dari pendidikan.

Ahli anak dan teknologi, Joanne Orlando dari Universitas Western Sydney, mengatakan smartphone dapat digunakan untuk mengajari siswa terkait komunikasi dan pengumpulan informasi.

Para ahli mengatakan ketergantungan terhadap smartphone menyebabkan nomophobia alias ketakutan ketidakmampuan menggunakan smartphone. Sebuah survei di Inggris menunjukkan sebanyak 66% responden mengalami nomophobia. Sementara itu, 41% responden memiliki dua ponsel agar tetap bisa bermain hp.

Studi dari Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan, kecanduan internet dan smartphone meningkatkan level neurotransmitter yang dapat memperlambat neuron. Akibatnya, konsentrasi dan fokus berkurang. Profesor Neuroradiologi dari Universitas Korea, Hyung Suk Seo, mengatakan smartphone memengaruhi kognitif.

"Remaja yang kecanduan smartphone mengalami depresi, cemas, dan imsomnia," kata Seo. Studi lain yang dilakukan London School of Economics and Political Science menunjukkan, larangan smartphone di sekolah meningkatkan nilai ujian para siswa. Mereka mampu lebih fokus menyerap pelajaran dan tidak teralihkan. (Genta/cnc)

Tulis Komentar