Bukan Hal Muskil 'Badai Covid-19' RI Lebih Bahaya dari India

Selasa, 27 April 2021 | 13:38:13 WIB
Bukan Hal Muskil 'Badai Covid-19' RI Lebih Bahaya dari Indiai Foto:

GENTAONLINE.COM-   India tengah menjadi pusat perhatian global seiring lonjakan kasus virus corona (SARS-CoV-2) yang begitu masif dalam dua pekan terakhir. Negara berpenduduk 1,36 miliar orang itu terus mencetak rekor penambahan kasus harian Covid-19 hingga mencapai 350 ribu kasus dalam sehari.

Padahal pada awal tahun, India sempat mendapat pujian global, termasuk dari Indonesia. Negara ini berhasil melakukan jumlah tes, penelusuran kontak, juga isolasi yang masif dan signifikan. Selain itu statistik capaian vaksinasi pun cukup tinggi.

Namun berbagai upaya itu diikuti sikap abai masyarakat India terhadap protokol kesehatan. Warga di negara itu nekat menggelar ritual keagamaan, politikus aktif lagi menghelat kampanye, kelengahan mematuhi protokol pencegahan Covid-19 mewarnai pelbagai aktivitas.

Hingga akhirnya 'Tsunami' Covid-19 pun menghantam India juga. Imbasnya, tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit di India overload, pasien terpaksa dirawat di jalan dekat RS, hingga petugas krematorium dan pemakaman ikut kewalahan.

Kondisi India yang mirip Indonesia dari segi kepadatan penduduk, perilaku masyarakat, serta kebudayaan tersebut membuat Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra khawatir.

Hermawan menilai Indonesia juga berpotensi mengalami hal serupa, dan kemungkinan bisa jadi bakal lebih parah. Mengingat, menurut dia, teknik pengendalian pandemi Covid-19 pemerintah India lebih baik dibanding Indonesia.

India, lanjut dia, sudah melalui puncak Covid-19 dan diketahui sempat berhasil mengontrol kasus secara apik. Dibuktikan dengan penambahan kasus harian yang tak sampai 10 ribu kasus, hingga positivity rate alias rasio positif harian di kisaran 7-10 persen.

Negara tersebut juga sempat menerapkan karantina wilayah atau lockdown beberapa kali, dan tercatat sebagai salah satu produsen vaksin dengan skala besar. Seperti produksi vaksin asal perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca. Sedangkan Indonesia, kebalikan dari itu.

"Untuk penanganan Covid-19 India lebih baik dari Indonesia. Karena kita [Indonesia] sangat lemah di testing dan tracing, kita juga tidak punya vaksin andalan, ditambah kebijakan yang tidak cukup kuat. Maka, kombinasi itu bisa jadi badai Covid-19 luar biasa di Indonesia, bisa lebih parah mungkin dari India," kata Hermawan

Hermawan lantas menjelaskan potensi 'badai Covid-19' di Indonesia bisa terjadi dipicu pelbagai kondisi. Pertama, strategi pengendalian pandemi Covid-19 oleh pemerintah yang meliputi tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) mengalami stagnasi bahkan kemunduran dari ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kedua yakni kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan Covid-19 meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M), mengalami kemerosotan.

Ketiga, jika Indonesia kedatangan mutasi virus corona yang terus berkembang dan beberapa di antaranya dilaporkan memiliki tingkat penularan tinggi hingga dinilai kebal terhadap vaksin Covid-19.

"Kita jangan sampai, varian baru masuk dan meluluhlantakkan upaya-upaya yang sudah ada. Jadi tentu kita tidak berharap seperti India," kata Hermawan mengingatkan.

Wanti-wanti juga dia sampaikan terkait gelagat euforia vaksinasi. Warga menjadi lengah mematuhi protokol kesehatan, padahal pemberian vaksin tak lantas membuat seseorang kebal virus corona. Pelajaran ini pula yang bisa diambil dari kasus India.(cnn)

Tulis Komentar