MEMUTUS MATA RANTAI DOSA SENIMAN?

Klarifikasi Ketua DKR Tekait Musenko Dewan Kesenian Kota Pekanbaru

Jumat, 19 Februari 2021 | 17:14:50 WIB
Klarifikasi Ketua DKR Tekait Musenko Dewan Kesenian Kota Pekanbarui Foto: Ketua DKR, Taufik Hidayat

Pekanbaru- Assalammualaikun WWB, Rabu (17/2/2021), sayo diundang Rumah Sunting untuk jadi nara sumber acara Nongkrong Bertuah (Nongkah). Sebelum acara dimulai, saya sempat berbual dengan Kuni dan Ana (pembawa acara), tentang konsep acaranya. Bual punya bual sampailah tentang Musyawarah Seniman Kota Pekanbaru. 

Singkat cerite, Kuni  datang karena diundang sebagai seniman. Kuni pun merasa perlu datang dan mendukungnya karena ini untuk kepentingan seniman. "Banyak orang...?, emak," kata Kuni mendapat laporan dari anggotanya. "Aku hanya jawab ye," kata Kuni.

Sesaat hendak dilaksanakan Munsenko DKKP, sempat heboh lantaran saye sebagai ketua Dewan Kesenian Riau (DKR), disebut menolak Musenko DKKP karenanya tak mau datang dan hendak mengagalkan Musenko. Isu ini sampai ke telinga Kuni. "Ngape pulak buyung (saya di kampung dipanggil Buyung) macam gitu, seharusnya die sebagai ketua DKR mendukung," kata Kuni. 

Inilah yang perlu saya mengklarifikasikan agar Kuni dan seniman lainnya yang berprasangka buruk kepada saya pribadi ataupun selaku ketua umum DKR, tidak berkesenambungan dosa karena berburuk sangka kepada saya.

Saya ingat, waktu itu hari Sabtu tahun 2020 (lupa tanggalnya), sekitar pukul 07.48 WIB, Eki yang belakangan ini saya lihat alis matanya bak semuk merayap seperti diukir itu, mengirim pesan elektronik WhatsApp kepada saya. Begitu dibuka undangan Musenko DKKP yang akan dilaksanakan pada hari yang sama saya menerima pesan itu, pada pukul 09.00 WIB, di lantai 6 kantor walikota Pekanbaru yang berada di Kulim, Tenanyanraya.

Rentang waktu 1 jam pelaksanaan Musenko DKKP, rasanya saya tak mungkin menghadiri Musenko itu. Rumah saya di Gading Marpoyan yang dalam perhitungan saya jika ke kantor walikota memakan waktu sekitar 1 jam, ini belum lagi saya mandi dan berpakaian, paling tidak habis waktu 10 menit. Jadi saya putuskan untuk tidak hadir. Selanjutnya saya menelpon Yusuf, "Kenape macam itu betul panitia ini, macam ada sesuatu saje?" kata saya. 

"Datang sajalah, bang. Budak-budak kita jugenye, Fadli nanti diajukan jadi ketua," kata Yusuf, kalau tak salah saye waktu itu Musenko DKKP baru saja dimulai. 

Terus saya balas Japri Eki, mempertanyakan kenapa tidak berkoordinasi dengan DKR, bukankah sesuai AD/ART DKR ada fungsi koordinasi dan pengurus dewan kesenian kabupaten/kota bagian dari pengurus DKR.

Seingat saya Eki menjawab, "Eki hanya menjalankan tugas, ditunjuk sebagai ketua panitia."

"Atas dasar apa dikau ditunjuk sebagai ketua panitia, Ki," tanya saya. 

"Mandat dari Bang Hari, Sandra," jawab Eki. 

Bukankah masa jabatan Hari Sandra sudah habis, dan dia hanya pemangku jabatan lantaran ketua DKKP, ketika itu saya ketua DKKP nya pindah tugas ke Meranti. Terkait Pemangku Jabatan, ini sesuai dengan AD/ART DKR, jadi jika ada yang mengatakan tak ada kaitan DKR dengan dewan kesenian daerah, maka tak berlakulah istilah pemangku jabatan itu. Jika masa jabatan sudah habis, maka mandat Musenko dan untuk kegiatan lainnya harus dikeluarkan walikota Pekanbaru dalam hal ini dinas pariwisata dan kebudayaan. 

Saya juga sempat bertanya kepada Eki, kenapa dalam undangan itu DKR hanya sebagai peserta, bukan peserta penuh yang punya hak bersuara dan hak suara. Eki tak menjawab, mungkin dia sibuk.

Akhirnya, saya sarankan kepada Eki melalui WhatsApp agar Musenko ditunda dulu agar tidak ada masalah dikemudian hari. Terkait saran saya ini, Eki menjawab, "Baiklah." Namun Musenko tetap berjalan dan Fadli Aziz terpilih sebagai ketua. 

Seingat saya, seminggu setelah Musenko, DKR menggelar rapat pleno. Sebetulnya tidak ada membahas masalah Musenko DKKP itu tapi ada pengurus DKR meminta sikap DKR terkait Musenko DKKP dengan alasan dia mendengar isu yang tidak-tidak. Dalam pleno itu DKR tak bersikap, sebab yang kami pikirkan bagaimana seni budaya itu berjalan. Siapapun silakan menjadi ketua DKKP asal memenuhi syarat dan bisa menggerakan seni budaya. Selain itu bisa berkoordinasi. Kami pun fokus dengan program DKR tahun 2021. 

Saya mengklarifikasi ini, bukan karena apa-apa, hanya ingin memutus mata rantai dosa kawan-kawan seniman yang sempat berburuk sangka kepada saya selaku ketua umum DKR. Kepada Eki dan Yusuf silakan komen benar atau tidak apa yang saya katakan ini. Wassalam. (rls) 

Tulis Komentar