Riau Dalam Ancaman DBD

Senin, 18 Februari 2019 | 16:17:34 WIB
Riau Dalam Ancaman DBDi Foto:

GENTAONLINE.COM-Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merebak. Terjadi peningkatan kasus DBD di berbagai provinsi di Indonesia. Merebaknya kasus ini sungguh membuat masyarakat khawatir.

Dilansir dari Liputan6.com (30/1) bahwa berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 29 Januari 2019, kasus DBD paling tinggi di Jawa Timur. Di provinsi paling timur Pulau Jawa itu, ada 2.667 kasus DBD.

Kemudian, disusul dengan Jawa Barat sebanyak 2.008 kasus, Nusa Tenggara Timur (1.169 kasus), Jawa Tengah (1.027), Sulawesi Utara (980), Lampung (827).
Angka kematian DBD juga di Jawa Timur yakni 47 orang meninggal, disusul Nusa Tenggara Timur 14 orang, Sulawesi Utara ada 13 orang meninggal. Dan di Riau sedikitnya ada empat kecamatan yang cukup banyak kasus DBD. 

Ada lima kasus DBD di setiap lokasi tersebut. Yakni Marpoyan Damai, Tenayan Raya, Sukajadi dan Payung Sekaki. Kemudian masing-masing dua kasus di Senapelan, Rumbai Pesisir dan Limapuluh. Serta masing-masing satu kasus di Pekanbaru Kota, Rumbai, Sail dan Bukit Raya. Kawasan Tampan menjadi lokasi paling banyak kasus DBD di Pekanbaru. Jumlah kasus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2019. Pada minggu pertama tahun 2019 hanya dua kasus. Jumlah meningkat drastis pada pekan kelima menjadi 22 kasus.

DBD adalah penyakit yang selalu ada setiap tahun. Artinya, pemerintah seharusnya bisa memprediksi langkah pencegahan sebelum terjadinya.

Berbagai pihak sangat menyayangkan kurang responsifnya Pemprov dalam menangani kasus tersebut. Padahal bukankah Riau memiliki teknologi yang canggih yang bisa digunakan Dinkes dan pihak Rumah Sakit untuk memantau korban DBD sehingga dapat tertangani dengan cepat. Musim penghujan di penghujung dan awal tahun bisa jadi salah satu penyebabnya. Maka seharusnya Dinas Kesehatan lebih tanggap dan segera melakukan fogging atau penyemprotan. Nah, tapi yang terjadi malah, ketika sudah terjadi kasus DBD hingga memakan korban, baru dilakukan fogging.

Di Riau sendiri telah tercatat hingga akhir Januari lalu setidaknya tercatat 228 kasus dan 2 orang diantaranya meninggal dunia. Penanganan lamban oleh pemerintah sehingga korban jiwa pun tak dapat dielakkan. 

Tulis Komentar